Sama-sama menjadi sumber rujukan hukum Islam, Al-Qur’an dan hadis memilliki perbedaan di dalamnya. Al-Qur’an yang bersumber dari Allah swt. selanjutnya dibawa oleh malaikat Jibril dan diterima oleh Nabi Muhammad saw. meniadakan adanya klasifikasi kualitas ayat, sebab telah diyakini keabsahan dan kesahihan sumber dan pembawanya (namun bagi orientalis hal ini masih menjadi suatu perdebatan dan pengkajian ulang).
Berbeda halnya dengan hadis yang bersumber dari Nabi saw. dan diriwayatkan oleh banyak periwayat, menjadi indikator munculnya pertanyaan tentang kesahihan hadis tersebut. Oleh karena itu, perlu kiranya untuk kembali meneliti tiap-tiap unsur yang ada dalam hadis. Sebagaimana yang telah diketahui bahwa hadis memiliki unsur-unsur tertentu. Tanpa unsur yang lengkap maka tidak pula dapat dikatakan dengan hadis. Selanjutnya, penulis akan kembali mengulas unsur-unsur yang dimaksud beserta dengan contohnya.
Setidaknya ada beberapa hal wajib (unsur) yang termuat dalam suatu hadis, yakni rawi (periwayat hadis), matan (redaksi hadis) dan sanad (jalan riwayat). Secara istilah dikutip dari kitab Musthalah al-Hadis yang dimaksud dengan rawi ialah orang yang menyampaikan atau menuliskan dalam suatu kitab apa-apa yang pernah didengar atau diterimanya dari seseorang (guru). Oleh karena itu, salah satu yang dapat mempengaruhi kualitas hadis juga ditentukan oleh si rawi. Pasalnya dalam menyampaikan hadis para rawi juga harus memiliki standar kriteria yang baik agar hadis juga bisa diterima. Dalam pembahasan rawi, akan diketahui beberapa syarat yang harus mereka miliki untuk dapat diterimanya suatu hadis.
Unsur berikutnya dari hadis adalah matan. Matan sendiri dapat diartikan dengan pembicaraan (kalam) atau materi yang diover oleh sanad yang terakhir, baik pembicaraan itu sabda Rasulullah saw., sahabat ataupun tabi’in. Matan dapat saja berupa pembicaraan mengenai perbuatan Nabi, perbuatan sahabat yang tidak disanggah oleh Rasulullah saw., atau perkataan sahabat yang menjelaskan perbuatan salah seorang sahabat namun tidak disanggah oleh Rasulullah saw. Adapun kesemua penjelasan tersebut termasuk dalam kategori matan hadis.
Selanjutnya, unsur terakhir dalam hadis adalah sanad. Adapun yang dimaksud dengan sanad ialah jalan yang menghubungan matan hadis kepada Nabi Muhammad saw. Sanad ini juga biasa didiksikan dengan thariq (jalan). Secara sederhana, sanad dapat diapahami sebagai kumpulan para rawi yang tersusun. Rawi terakhir yang menyampaikan hadis dapat kita telusuri dari masa asal muasal ia mengetahui hadis tersebut. Sebab, terkadang rawi yang menyampaikan hadis tersebut tidak langsung mendapatkannya dari Rasulullah saw. melainkan melalui perantara dari sahabat yang lain.
Untuk dapat memahami secara utuh apa yang dimaksud dengan rawi, matan, dan sanad, maka di sini penulis mencoba menampilkan contoh hadis.
حدثنا محمد بن المثنى قال: حدثنا عبد الوهاب الثقفي قال: حدثنا أيوب عن أبي قلابة عن أنس عن النبي صلى الله عليه و سلم: (ثلاث من كن فيه وجد حلاوة الايمان: أن يكون الله و رسوله أحب اليه مما سواهما, و أن يحب المرأ لا يحبه الا الله, و ان يكره أن يعود في الكفر كما يكره أن يقذف في النار) رواه البخاري
Artinya: “Telah memberitakan kepadaku Muhammad bin al-Mutsanna, ujarnya: ‘Abdul Wahhab ats-Tsaqafy telah mengabarkan kepadaku, ujarnya: telah bercerita kepada Ayyub atas pemberitaan Abi Qilabah dari Anas dari Nabi Muhammad saw. sabdanya: (Tiga perkara, yang barangsiapa mengamalkannya niscaya memperoleh kelezatan iman, yakni: (10 Allah dan rasul-Nya hendaknya lebih dicintai daripada selainnya. (2) Kecintaanya kepada seseorang, tak lain karena Allah semata-mata, dan (3) keengganannya Kembali kepada kekufuran, seperti keengganannya dicampakknya di neraka)” (HR. Bukhori)
Dari sampel contoh di atas, maka dapat diketahui bahwa yang dimaksud dengan rawi adalah penyampai hadis terakhir yakni “Bukhori”. Sedangkan matan adalah lafal ثلاث من كن .. hingga diksi في النار. Dan yang dimaksud dengan sanad adalah runtutan rawi yang telah membawa hadis tersebut yakni أنس sampai محمد بن المثنى. Dari ketiga tersebut maka cukuplah redaksi di atas untuk dapat disebut hadis, pasalnya telah memuat unsur-unsur yang wajib ada dalam hadis. Wallahu a’lam.
izin saran untuk menambahkan harokat di tulisan arabnya kak,agar memudahkan, terimakasih:)
baik kak, terimaksih atas sarannya 🙂